Kelompok 5 (Lima)
Trisna Istiqa (RRA1C112002)
Rina Safitri (A1C113006)
Mei Sulistiowati (RRA1C112012)
Nurjanah (A1C113009)
Norma Rosita (RSA1C113004)
Dosen Pengampu :
Dr. Drs. Syamsurizal, M.Si
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
A. Gambaran
Singkat tentang Hakikat PPL
Program Pengalaman Lapangan (PPL)
merupakan bagian inti kurikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa calon guru
atau tenaga pendidik, baik latihan mengajar maupun tugas kependidikan lainnya
secara terbimbing dan terpadu sebagai persyaratan profesi keguruan PPL
merupakan muara dari seluruh program kependidikan.
PPL dapat disamakan dengan latihan
kerja (job training) bagi calon pegawai atau staf perusahaan. Hakikat dari
semua pelatihan tersebut adalah mempersiapkan calon pengemban tugas menjadi
profesional dalam bidang yang ditekuninya nanti. Dipandang dari sudut
kurikulum, PPL merupakan mata kuliah proses belajar mengajar yang
djpersyaratkan dalam pendidikan prajabatan guru. PPL sengaja dirancang untuk
mempersiapkan mahasiswa PPL agar memiliki atau menguasai kemampuan keguruan
yang terpadu secara utuh, sehingga setelah mereka menjadi guru mereka dapat
tugas dan tanggung jawab secara profesional. Setiap langkah dalam komponen
pelatihan tersebut mengacu pada teori yang telah dipelajari menuju kepada
praktek pelaksanaan tugas, atau berdasarkan efektivitas dan ketetapannya dalam
praktek.
B. Maksud dan
Tujuan PPL
Maksud dan tujuan PPL diuraikan
sebagai berikut:
a)
Tujuan Umum
PPL
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman secara faktual di lapangan sebagai wahana
terbentuknya tenaga kependidikan yang memiliki seperangkat pengetahuan, nilai
dan sikap yang diperlukan bagi profesinya serta mampu menerapkan dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
b)
Tujuan Khusus
Tujuan
khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh mahasiswa melalui PPL adalah sebagai
berikut:
1.
Mengenal secara utuh lingkungan fisik, sosial,
administrasi, dan akademik sekolah tempat pengabdian kelak.
2.
Menguasai berbagai keterampilan mengajar.
3.
Dapat menerapkan berbagai kemampuan keguruan secara
utuh dan terintegrasi dalam situasi nyata.
4.
Mampu belajar dari pengalaman mengikuti latihan.
C. Kegunaan PPL
bagi Mahasiswa
Secara umum
kegunaan PPL bagi mahasiswa adalah suatu wadah atau sebagai media untuk
mendapatkan pengalaman pendidikan secara faktual di lapangan untuk menerapkan
ilmunya secara langsung. Kerjasama antara guru pamong dengan mahasiswa PPL
dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam menjalankan tugas pengajaran dan
memantapkan diri sebagai pengajar profesional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masalah-masalah
Ketika PPL
Dalam
keseluruhan proses pendidikan disekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang
paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat
mempengaruhi cara guru itu mengajar.
Agar
menghasilkan tenaga kependidikan yang kompeten, LPTK perlu akrab dengan praktik
belajar- mengajar nyata dan tidak sekadar pada tataran teori (Suyanto, 2004).
PPL merupakan kegiatan terpadu, yang terdiri atas (1) pelatihan keterampilan
dasar mengajar, (2) pengenalan lapangan, (3) pelatihan mengajar dan tugas
kependidikan lainnya secara mandiri, dan (5) ujian praktik mengajar (Tim UPPL
FKIP Unsri, 2007). Dalam melaksankan kelima komponen tersebut permasalahan yang
paling menonjol adalah :
a.
Pengetahuan awal mahasiswa tentang keguruan.
Pengetahuan awal meliputi pengetahuan tentang
persiapan perangkat pembelajaran dan amteri pembelajaran. Dalam mempersiapkan
perangkat pembelajaran kadangkala terdapat persebadaan secara teknis antara
pembekalan yang dilakukan oleh kampus dengan sekolah. Adanya perkembangan
kurikulum yang terjadi di sekolah menengah (Kurikulum 2000, KBK dan KTSP)
seringkali tidak diikuti dengan seksama oleh pihak kampus. Akibatnya, pada saat
mahasiswa akan melakukan PPL beberapa format perangkat pembelajaran dan sistem
penilaian tidak sesuai dengan yang mereka pelajari. Menurut Suyanto (2004)
memang ada perkuliahan dan seminar tentang silabus, kurikulum, pembuatan materi
ajar (material design). Bahkan, sampai ke perkembangan mutakhir. Akan tetapi,
pernahkah GBPP (Garis Besar Program Pengajaran-Red), KBK dikupas dan dibahas
secara tuntas atau dikritik di mimbar perkuliahan. Padahal, hal itu bersentuhan
langsung dengan kegiatan belajar-mengajar.
Dari segi materi, mahasiswa PPL merasa kesulitan
melakukan sinkronisasi materi pelajaran yang diterima di kampus dengan materi
pada sekolah menengah. Materi kuliah biasanya lebih tinggi dan mempunyai bahasa
buku teks sehingga ada beberapa mahasiswa yang merasa kesulitan menyesuaikan
materi ini dengan konteks “buku paket”.
Adanya pengembangan KBK menjadi KTSP mensyaratkan
adanya mata pelajaran Sains dan IPS pada tingkat Sekolah Menengah Pertama. Pada
saat di kampus mahasiswa hanya mempelajari satu bidang IPA saja, misalnya
mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi hanya mempelajari bidang studi
Biologi. Padahal, mata pelajaran Sains di sekolah meliputi Fisika, Kimia dan
Biologi.
b.
Kedisiplinan
Mahasiswa PPL diwajibkan mengantor empat hari di dalam
satu minggu. Ada dua hari waktu yang dapat dipergunakan untuk mengambil mata
kuliah atau mengulangi mata kuliah yang lain. Ada beberapa mahasiswa yang
meninggalkan sekolah (PPL) untuk mengikuti perkuliahan di kampus pada hari PPL
meskipun tidak diizinkan oleh pihak sekolah. Mahasiswa tersebut merasakan
kewajiban empat hari mengantor di sekolah terlalu berat mengingat besarnya
beban studi yang harus diselesaikan. Oleh karena itu sebaiknya PPL dilaksanakan
dengan jumlah hari per minggu yang lebih sedikit dengan konsekuensi masa PPL
diperpanjang.
c.
Praktik Mengajar
Sebagai calon guru yang baru mulai mengajar banyak
sekali masalah-masalah yang dihadapi. Berdasarkan pengamatan Maadab
(2004:122-1213) selama membimbing mahasiswa PGSD yang melakukan PPL kompetensi
sebagai “guru pemula” belum seperti yang diharapkan. Laporan dari guru pamong
tempat mereka PPL mengatakan masih banyak kelemahan antara lain, metode
penyampaian bahan yang kurang menarik, penguasaan materi yang belum mantap, dan
pengelolaan kelas yang kurang baik. Tentunya kelemahan-kelemahan seperti ini
dapat diatasi dengan banyak berlatih. Berlatih mengajar dalam kaurun dua bulan
akan menambah kematangan penyampaiam materi, penguasaan materi, dan pengelolaan
kelas.
d.
Guru Pamong belum memiliki kompetensi sebagai guru
pamong
Pola PPL
Gaya baru masih dilaksanakan sampai sekarang walaupun ada sedikit modifikasi.
Sejak pelatihan tahun 1998, sejumlah guru yang sudah dilatih telah dimutasikan
ke daerah atau sekolah lain sehingga komposisi dan jumlah guru pamong sudah
berubah dari perencanaan dan proyeksi semula. Hal ini menyebabkan tidak
seluruhnya pembimbingan mahasiswa PPL dilakukan oleh guru pamong yang sudah
dilatih.
Sekarang
ini, penunjukan seorang guru sebagai guru pamong dilakukan oleh sekolah. Pada
sekolah tertentu penunjukan seorang guru pamong dilakukan kepada mereka yang
belum mengikuti pembekalan PPL pola baru. Padahal seharusnya seorang guru
pamong harus menguasai hakikat PPL, Fungsi dan Tanggung Jawab Guru Pamong,
Penggunaan Instrumen Penilaian Kinerja Guru 1 (IPKG1), IPKG2, dsb.
Bagi sekolah
yang memiliki guru pamong yang belum memenuhi kualifikasi sebagai guru pamong
seringkali belum menjalankan pembimbingan dengan baik. Keadaaan ini terjadi
karena ketidaktahuan mereka tentang fungsi dang tanggung jawab sebagai guru
pamong.
Keadaaan
mahasiswa PPL akan lebih berat bilamana seorang guru pamong bias dalam
menerjemahkan tugasnya sebagai guru pamong. Proses pembimbingan dilakukan
dengan cara menyerahkan seluruh tugas kesehariannya kepada mahasiswa yang
dibimbingnya. Upaya pembimbingan disalahgunakan sebagai upaya pengalihan
menjadi seorang asisten.
Ada lagi
masalah lain yang dialami oleh mahasiswa PPL, yaitu Guru Pamong tidah mau
memberi contoh cara mengajar yang baik dihadapan mahasiswa yang dibimbingnya.
Sebagai seorang calon guru yang belum pernah melakukan praktik mengajar
biasanya akan lebih mudah mempelajari keterampilan mengajar dengan melihat
contoh yang dilakukan oleh guru pamong. Namun, kadangkala guru pamong tidak mau
melakukan hal tersebut. Alasannya, guru pamong seolah-olah merasa diamati.
Upaya yang
perlu dilakukan adalah, pendataan ulang jumlah dan komposisi guru pamong
diperlukan, pembuatan atau revisi buku juklak PPL untuk mahasiswa, guru pamong,
dan dosen pembimbing.
e.
Fasilitas sekolah untuk penyelenggaraan PPL
Sekolah penyelenggara sudah sewjarnya jika menyediakan
fasilitas seperti sekretariat mahasiswa PPL, laboratorium, komputer, media
pembelajaran, dan sebagainya. Sekolah tertentu dengan keterbatasannya tidak
memiliki fasilitas-fasilitas tersebut. Hal ini dirasakan dapat menghambat
proses pembelajaran praktik mengajar.
Meskipun demikian, bagi sekolah-sekolah yang telah
mempunyai fasilitas yang memadai kadang kala masih ada sekolah yang enggan
meminjamkan fasilitas-fasilitas tersebut kepada mahasiswa PPL. Mahasiswa tidak
diperkenankan menggunakan komputer, peralatan laboratorium dan media-media
pembelajran tertentu.
f.
Berakhirnya program Program Lapangan Sedini Mungkin
(PLSM)
Pengenalan
dengan lingkungan sekolah tidak hanya dimulai pada saat PPL, tetapi sudah
dimulai pada Program Lapangan Sedini Mungkin (PLSM) pada mata kuliah Dasar Kependidikan
dan mata kuliah Proses Belajar-Mengajar yang merupakan matakuliah prasyarat
yang harus diambil mahasiswa sebelum mereka mengambil mata kuliah PPL. Namun,
kegiatan PLSM ini berjalan dengan baik ketika ada Proyek Pendidikan Guru
Sekolah Menengah (PGSM). Ketika proyek ini berakhir, kegiatan ini tidak
berjalan lagi. Hal ini disebabkab oleh beberapa alasan, yaitu (1) tidak ada
dana, (2) kegiatan PLSM dirasakan mengganggu pihak sekolah karena kedatangan
mahasiswa ke sekolah tidak diatur dengan baik karena cenderung
berbondong-bondong, (3) dosen tidak memasukkan kegiatan PLSM di silabinya.
Padahal, dari hasil pemantauan PPL 2003, diperoleh data bahwa mahasiswa sangat
memerlukan kegiatan PLSM supaya mereka tidak terkejut menghadapi siswa di dalam
kelas saat ber-PPL.
2.2 Analisa
Kasus dan Solusinya
1. Kasus-kasus yang di
temukan selama PPL
Hasil Pengumpulan Data Melalui Wawancara
Dari hasil wawancara diperoleh data sebagai berikut:
· Adanya
permasalahan dalam pengelolaan kelas
· Siswa
yang cenderung tidak tertarik dengan pembelajaran kimia karena sudah berpikir
bahwa kimia merupakan mata pelajaran yang sulit
· Adanya
murid yang nakal dan tidak mau memperhatikan
· Adanya
sikap cuek dari siswa terhadap guru PPL
· Adanya
perasaan gugup saat penyampaian materi dikelas
Dari pengumpulan data berupa wawancara yang diperoleh
dengan metode di atas, secara umum dapat disimpulkan kondisi calon
guru sebagai berikut:
o
Kelebihan:
1. Mahasiswa PPL merasa lebih termotivasi untuk menjadi
seorang guru
2. Mahasiswa PPL merasa menjadi memiliki tanggung jawab
besar terhadap siswanya
3. Mahasiswa PPL merasa harus terus belajar untuk
diajarkan kepada siswanya
o
Kekurangan:
1. Belum bisa mengelola kelas dengan baik
2. Belum bisa mengambil simpati dari siswa
3. Belum bisa menumbuhkan rasa percaya diri
Dari hasil identifikasi yang dilakukan, kesulitan yang
dialami guru
PPL antara lain:
a. Adanya
peserta didik yang tidak memperhatikan dan bersikap acuh tak acuh pada saat
pembelajaran berlangsung.
b. Adanya
masalah dalam pengelolaan kelas
c. Adanya
ketidakpercayaan diri pada saat menyampaikan materi yang
dialami oleh guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan
permasalahan yang dihadapi oleh calon guru, maka hal yang akan terjadi adalah:
1. Kegiatan
belajar mengajar menjadi kurang kondusif
2. Penyampaian
materi yang tidak maksimal dikarenakan gugup
3. Siswa
bermalas-malasan pada proses belajar mengajar karena calon guru belum
menyampaikan materi dengan baik.
2. Solusi
Untuk itu maka calon guru di atas perlu untuk diberikan bantuan untuk mengatasi
permasalahan. Apabila calon guru segera mendapatkan bantuan setidaknya dapat:
1. Kegiatan
belajar mengajar menjadi kondusif
2. Penyampaian
materi jadi maksimal
3. Siswa
menjadi mengerti dengan materi yang disampaikan
Usaha-usaha yang direncanakan dan dilakukan untuk
pemberian bantuan kepada calon guru adalah sebagai berikut:
a. Masalah
kelas
Ø
Guru PPL dituntut lebih mengenal
siswanya lebih dekat dan mampu mendalami karakter masing-masing siswa yang ada
didalam kelas
Ø
Menghindari respon negative dari siswa
Ø
Mendata permasalahan dikelas untuk
dirumuskan dan dipecahkan bersama
b. Masalah
Siswa
Ø Guru
PPL harus membuat pendekatan terhadap siswanya
Ø Mengaitkan
materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari
Ø Banyak
memberikan motivasi melalui contoh konkrit dari kehidupan
Ø Membuat
suasana pelajaran yang menyenangkan dan tidak menegangkan namun tetap serius
Ø Membuat
media pembelajaran yang kreatif untuk menarik perhatian siswa agar mau
memperhatikan
Ø Memberikan
pengertian pada siswa bahwa semua pelajaran penting untuk menunjang kesuksesan sebagai sarana mencapai cita-citanya.
Ø Menjadikan
aktifitas belajar di kelas sebagai aktifitas yang menyenangkan
c. Masalah
kepercayaan diri
Ø Menyiapkan
diri sebaik mungkin dalam penyampaian materi
Ø Menguasai
materi yang akan disampaikan
Ø Mengurangi ketergantungan terhadap orang lain dan meningkatkan rasa percaya diri.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu program dalam pendidikan
mahasiswa yang direncanakan dan merupakan salah satu persyaratan bagi
mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, untuk menyelesaikan studi yang ditempuh pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dalam rangka mempersiapkan tenaga
kependidikan yang profesional.
Tujuan dilaksanakan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yaitu untuk melatih calon guru menguasai
kemampuan keguruannya secara utuh sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya
sehingga mereka siap berperan sebagai guru.
Keberhasilan
seorang guru dalam mengajar sangat tergantung pada penguasaan materi,
pengelolaan kelas dan penggunaan media yang tepat agar siswa tidak salah
menafsirkan arti suatu pokok bahasan serta mampu mengatasi berbagai kendala dan
masalah yang dihadapinya agar proses belajar mengajar tercapai dengan baik.
4.2 Saran
Agar tujuan
pendidikan dapat tercapai secara optimal sebagaimana yang diharapkan, di sini
penulis ingin mengemukakan beberapa saran, diantaranya :
a. Sebelum menyajikan materi pelajaran terlebih dahulu
hendaknya seorang guru mengkondisikan siswa ke situasi belajar yang baik dan
menyenangkan.
b. Tanggung jawab pendidikan terhadap anak didik
janganlah diserahkan kepada anak semata tetapi tanggung jawab bersama antara
lembaga pendidikan, keluarga dan pemerintah.
c. Dalam kegiatan belajar mengajar hendaklah suatu
lembaga pendidikan dapat menyediakan sarana dan prasarana yang memadai.
d. Mengingat waktu PPL begitu singkat maka hendaknya
mahasiswa calon guru memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Karena ini
merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi pengembangan seorang guru.
e. Gunakanlah pengalaman PPL sebagai bekal untuk menjadi
seorang calon guru yang profesional.
f. Keberhasilan dalam melaksanakan PPL sangat bergantung
pada kemampuan mahasiswa bekerjasama dengan pihak-pihak lain, yaitu guru
pamong, kepala sekolah, guru wali kelas, guru bidang studi dan murid.
g. Menerima kritik dan saran yang diberikan oleh guru
pamong, kepala sekolah dan berbagai pihak yang berguna untuk menambah wawasan.
h. Keterampilan dan keberhasilan sebagai guru yang sedang
melaksanakan PPL. Untuk dapat membina hubungan antarpribadi dengan murid
hendaklah kita sebagai calon guru berusaha mengenali murid, bersikap tebuka dan
luwes, mendahulukan kepentingan murid, menaruh perhatian terhadap minat murid
dan simpati.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. M. Alisuf Sabri. 1998. Ilmu
Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman Jaya.
Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Bandung: Remaja Resdakarya.
Popham w. James & L. Baker Evi. Teknik
Mengajar Secara Sistematika. Rineka Cipta.
UP3L,
(2013), Panduan Program pengalaman
Lapangan (PPL). Palangkaraya: Univesitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Suartawan. 2012. Laporan PPL Real PGSD. http://made-suartawan.blogspot.com/2012/06laporan-ppl-real-pgsd.html?m=1.
Diakses 7 April 2014.